Haberlein GmbH: Raksasa Sawmill Jerman masuk ke Pasar Indonesia
Haberlein GmbH, salah satu raksasa sawmill di Selatan Jerman mulai merentangkan sayapnya untuk memasuki pasar Asia Tenggara, terutama Indonesia. Kelangkaan material kayu berkualitas di pasar domestik Indonesia membuat raksasa sawmill yang kantornya berlokasi Hardthausen-Gochsen, Baden-Wurttemberg, Jerman; memasuki pasar Indonesia sejak berapa tahun terakhir.
Menurut Ulrich Scheuber-Haberlein,
perusahaan ini berdiri sejak tahun 1941, dan kini sedang dalam persiapan
pengalihan tiongkat estafet kepemimpinan dari generasi ketiga ke generasi
keempatnya. “Ini akan terjadi pada tahun 2025 mendatang,” katanya.
Ulrich menyebutkan pihaknya sejak awal memilih untuk berfokus pada pengolah kayu keras yang dihasilkan dari hutan-hutan milik pemerintah negara bagian Baden-Wurttemberg. “Sekitar 90%, sisanya didatangkan dari hutan-hutan milik negara bagian di sekitarnya,” jelasnya.
Haberlein yang memiliki ketersedian white oak terbanyak dalam stock yardnya. “Sekitar 16 ribu dari total 20 ribu kubik,” katanya. Selain white oak, pihaknya menyuplai kayu keras seperti red oak, maple, beech, ash dan cherry. Namun ia menyinggung jika pihaknya juga menyuplai douglas fir untuk high end market terutama pasar Swiss dan Belanda. “Jumlahnya sangat terbatas karena memang untuk high-end market yang membutuhkannya,” jelasnya.
Ulrich mengakui jika pihaknya
menjual lpgs sesuai permintaan kastemer dari China dan India, namun tidak berarti ekspor
kayu bulat menjadi dominan di perusahaan ini. “Kayu gergajian masih menjadi
produk utama yang pangsa mencapai 60 hingga 70% dari total,” jelasnya. Selain
log dan kayu gergagjian, haberlein juga memproduksi veneer dan kertas. Kesemua
produk haberlein yang berasal dari kayu bersertifikasi PEFC dan FSC sehingga
memudahkannya dalam perdagangan internasional.
Sebagai perusahaan berskala internasional, Haberlein menyediakan kayu gergajian dalam beragam ketebala. “Mulai dari 22, 26 bahkan hingga ketebalan 100,” kata Ulrich. Kesemua kayu yang akan diekspor telah mengalami proses air dyer sehingga siap diproses ketika tiba di pabrik kastemer pemesannya. “Tidak perlu lagi melakukan proses serupa karena sudah kami lakukan terlebih dahulu disini,” jelasnya.
Ulrich juga menyebutkan bahwa kayu-kayu yang berasal dari hutan milik pemerintah negara bagian Baden-Wurttemberg telah memiliki geolokasi tag pada batangnya. “Ini akan memudahkan proses lacak balak jika diperlukan, dan akan diketahui secara pasti koordinatnya,” jelasnya. Geolokasi ini memudahkan perusahaan manufaktur penggunanya dalam memasarkan produknya ke penjuru dunia, terutama pasar yang mensyaratkan adanya tag geolokasi di masa depan. Hal ini dibenarkan oleh Sales Manager Indonesia Ihda Fuad Adikusuma yang mendampingi Ulrich selama wawancara berlangsung.
Ketika ditanya kesiapan Haberlein dalam menghadapi berlaku EUDR di akhir tahun depan, Ulrich menegaskan jika pihaknya akan berupaya selalu compliance dengan regulasi yang ada di mana pun termasuk EUDR. “Untuk saat ini kami masih mencari tahu apa saja yang menjadi persyaratan dan kapan ditargetkan berlakunya,” jelasnya. “Kami akan mencari tahu sehingga pada Januari 2024 kami sudah bisa memenuhinya dengan pasti,” tutupnya. (WNID/eM)
Komentar
Posting Komentar