Ketum HIMKI Abdul Sobur: Pertumbuhan diprediksi antara 7 – 10 Persen

Pengantar Redaksi: Ini merupakan seri kedua dari rangkaian artikel Outlook. Target ekspor USD5 Milyar tak tercapai di akhir tenggat waktunya. Ketua Umum HIMKI Abdul Sobur mengungkapkan banyak faktor yang mempengaruhi kegagalan pencapaian itu baik eksternal maupun internal. Indonesia hanya mampu membukukan pencapaian ekspor USD2,5 Milyar, dan luar biasanya tercapai saat pandemi Covid-19 melanda dunia. Dengan kondisi yang ada, lantas bagaimana nasib dan arah pengembangan industri mebel dan kerajinan Indonesia di tahun 2025. Simak kutipan wawancaranya dengan Redaksi WoodNews Indonesia di bawah ini.

WoodNewsId: Target ekspor USD5 Milyar untuk mebel dan kerajinan tidak tercapai hingga akhir tenggat waktu. Bisakah diuraikan faktor dominan apa saja yang menyebabkan kegagalannya?



Abdul Sobur: Ada beberapa faktor yang menghambat pencapaian target ekspor mebel dan kerajinan tersebut, yaitu eksternal dan internal. Untuk Faktor eksternal, pertama adalah situasi ketidakstabilan geopolitik yang terjadi sejak semester pertama 2022, masih belum mereda. Bahkan akhir-akhir ini cenderung meningkat ekskalasinya terutama di Kawasan Timur Tengah. Salah satu pengaruhnya pada rantai pasok, tepatnya rute logistik reguler yang terganggu. Awalnya melalui Laut Merah namun karena gangguan keamanan pada kapal  sekarang harus memutar ke Afrika, yang menyebabkan peningkatan biaya logistik hingga 300% dan waktu pengiriman yang lebih lama termasuk ke pasar Eropa.

Kedua, Uni Eropa sebagai pasar tradisional furnitur dan kerajinan home décor nasional melakukan tekanan pembatasan produk furnitur dan kerajinan dari luar melalui pengenaan non tarrief barrier, salah satunya peraturan EUDR. Sekalipun ditunda hingga tahun 2025. Melalui peraturan ini, UE menuntut agar segala produk hasil hutan termasuk kayu dan turunannya, serta 6 produk komoditas seperti karet, kakao, minyak sawit, kedelai, kopi,dan  ternak bisa memenuhi unsur keterlacakkan versi geomaps mereka. Di sisi lain, banyak ketidaksesuaian dasar geomaps mereka dengan kondisi riil di lapangan. Ini yang perlu disinkronkan, agar tidak mengganggu akses ke pasar Uni Eropa.

Ketiga, ekspansi podusen furnitur global terutama dua produsen terbesarnya China dan Vietnam yang didukung teknologi dan efesiensi permesinan, serta perjanjian dagang (FTA) yang massif ke negara tujuan pasar. Membuat produk mereka sangat unggul, bersaing di sisi efisiensi produksi dan harga.

Faktor internalnya adalah ketersediaan bahan baku terutama rotan masih menjadi kendala bagi pelaku industri tanah air, sehingga produksi mereka pun terhambat. Kedua, teknologi permesinan terutama bagi pelaku UKM yang menyebabkan efisiensi dan produksi mereka kalah bersaing. Ketiga, peraturan pemerintah yang berubah-ubah dan memberatkan pelaku industri diantaranya kenaikkan PPn yang berpengaruh pada “price product” hingga daya beli konsumen, serta kebijakan baru Kementan mengenai wajib karantina untuk HS tertentu produk kayu dan rotan. Perlu ada penyelerasan regulasi antar Kementerian dan Lembaga yang pada akhirnya tidak membingungkan dan menghambat pelaku industri.  

WoodNewsId: Berdasarkan itu, bisa kah diprediksi bagaimana pertumbuhan real untuk ekspor mebel dan kerajinan Indonesia? Manakah yang akan diprioritaskan di tahun depan?

Abdul Sobur: Kita tetap optimis untuk pertumbuhan tersebut karena upaya yang dilakukan juga mengembangkan pasar yang selama ini tidak tergarap dengan maksimal atau biasa disebut emerging market. Pasar tersebut termasuk wilayah Timur Tengah, Asia Selatan terutama India, dan Afrika.

WoodNewsId: Pasar ekspor mana saja diprediksi akan melambat, stagnan atau bisa bertumbuh di tahun depan?

Abdul Sobur: Pasar ekspor yang diperkirakan melambat tentunya Uni Eropa di mana mereka tetap akan mengenakan peraturan EUDR yang merupakan kebijakan proteksionis, selain situasi rute kargo yang tetap terganggu mengingat situasi geopolitik seperti yang disampaikan di atas. Selain itu, negara Asia Timur seperti Jepang juga boleh diprediksikan juga menurun mengingat angka kelahiran yang rendah sehingga makin banyaknya fenomena akiya atau rumah tidak berpenghuni mengingat penurunan populasi.

Situasi stagnan salah satunya bisa diprediksikan ada di pasar Amerika, mengingat keterlibatan mereka secara tidak langsung dalam tensi geopolitik yang mengancam situasi inflasi di dalam negeri.

Di sisi lain, peningkatan pasar diprediksikan ada di emerging market terutama India. Pertumbuhan kelas menengah di India turut mendongkrak peluang itu. Kelas menengah India diperkirakan akan berlipat ganda dari 31% pada tahun 2020-21 menjadi 61% pada tahun 2047. Pembangunan infrastruktur di Timur Tengah terutama Uni Emirat Arab dan Saudi Arabia, menjadi peluang pasar yang meningkat dan perlu dimaksimalkan.

WoodNewsId: Bagaimana dengan program promosi di tahun depan? Pameran internasional mana saja yang dikuti? Dan feedback apa yang diharapkan? Seberapa jauh keikut sertaan itu berdampak pada peningkatan ekspor di tahun depan?

Abdul Sobur: Promosi akan dilakukan melalui multiplatform, secara online dan offline. Online e-commerce bekerja sama dengan Alibaba, sementara untuk offline, pameran yang diikuti diupayakan di Index Dubai, Index Delhi, Milano del Mobile, CIFF China. Feedback yang diharapkan tentu saja ada 2, yaitu output dimana display produk memiliki buyer masing-masing. Sementara itu outcome yang diharapkan adalah brand industri mebel dan kerajinan Indonesia makin dikenal melalui produk yang sangat kreatif, artistik, sentuhan kustom bisa mendapatkan pasar yang lebih luas. Apabila, itu terjadi, maka berdampak pada penngkatan ekspor.

WoodNewsId: Bagaimana dengan peluang yang tercipta dengan penundaan EUDR hingga Desember 2025? Lantas persiapan apa saja yang sudah dilakukan untuk mengantisipasi pemberlakuannya? Bagaimana dengan Kerjasama Bersama dengan negara-negara penentang EUDR seperti Amerika, Malaysia dan Brasil?

Abdul Sobur: Peluang yang ada menyangkut masih ada waktu persiapan sinkronisasi SVLK dengan peraturan mereka. Persiapan yang sudah dilakukan, bekerja sama dengan Kementerian/Lembaga untuk melengkapi sertifikasi SVLK agar comply dengan aturan EUDR, salah satunya terkait pencantuman geomaps. Selain itu perlu dilakukan kesesuaian geomaps antara pihak mereka dengan situasi riil yang ada di Indonesia. Karena selama ini geomaps yang mereka miliki bukan dari hasil kondisi lapangan yang sebenarnya. Kerja sama dengan negara-negara penantang EUDR tetap harus dijalin, namun di sisi lain, kesiapan penerapan EUDR juga tetap dilakukan, sehingga ke depan, apapun keputusan soal penerapan EUDR, industri punya solusinya.   




WoodNewsId: Bagaimana dengan antisipasi terhadap kenaikan UMP, BBM, Listrik dan Pajak di tahun depan? Bagaimana organisasi menyikapinya? Apakah kenaikan ini mendorong percepatan mekanisasi dan automasi peralatan produksi?

Abdul Sobur: Kenaikkan UMP, BBM, listrik, dan pajak, menjadi tak terelakkan. HIMKI akan menyampaikan situasi pelaku usaha di lapangan. Pasar yang belum baik-baik saja diharapkan menjadi pertimbangan bagi pemerintah untuk kebijakan yang berkaitan dengan industri. Industri mebel dan kerajinan termasuk anggota HIMKI didorong untuk pemakaian teknologi permesinan namun tidak menghilangkan kontribusi tenaga kerja dengan meningkatkan kemampuan SDM melalui pelatihan teknologi yang mendorong produktivitas.

WoodNewsId: Seberapa besar target penjualan domestik di tahun depan? Apa saja yang menjadi hambatan? Dan bagaimana strategi untuk bisa mewujudkannya? Sektor mana saja yang akan diprioritaskan, terutama untuk UMKM? Adakah dampak pembangunan IKN terhadap industri mebel dan kerajinan nasional? Berapa besar dampaknya terhadap pertumbuhan di tahun depan?

Abdul Sobur: Mengingat nilai impor yang kian membesar, di mana pada tahun 2023 menyentuh angka USD721 juta atau lebih kurang Rp 10,6 triliun, maka target penjualan domestik pun setidaknya menyentuh angka yang sama, sebelum benar-benar menjadi tuan rumah di negeri sendiri.

Salah satu hambatan yang muncul yaitu mayoritas anggota HIMKI adalah eksportir yang juga termasuk didalamnya memenuhi kebutuhan project di luar. Karakter pasar domestik berbeda. Perlu penyesuaian strategi yang cermat dan tepat termasuk tipikal produk yang dibutuhkan untuk pasar domestik. Untuk UKM didorong untuk masuk ke dalam e-catalogue milik pemerintah yang berguna untuk procurement pemerintah.

Pembangunan IKN sampai sejauh ini dampaknya belum terlalu besar, namun hal ini bisa dipahami mengingat Pembangunan infrastruktur masih terus berlangsung, termasuk residental dan struktur pendukung lainnya seperti infrastruktur pendidikan, kesehatan, hospitality, dan lainnya. Apabila Pembangunan terus berlanjut, maka pertumbuhan yang diharapkan bisa menyentuh angka 7 – 10%.  

WoodNewsId: Berdasarkan semua itu berapa persen pertumbuhan riil yang dipatok untuk industri mebel dan kerajinan nasional. Berapa pertumbuhan untuk industri mebel? Dan berapa persen untuk industri kerajinan? Berapa persen pertumbuhan yang diprediksi untuk UMKM mebel dan kerajinan?

Abdul Sobur: Berkaca pada laju pertumbuhan PDB Industri furnitur di tahun 2023 turun hingga angka -2,04%, namun di triwulan pertama tahun ini mencapai pertumbuhan 1,66%. Diharapkan laju pertumbuhan diharapkan berkisar pada 8% - 10% untuk furnitur. Untuk kerajinan home décor diharapkan menyentuh angka 7% - 9%. Di sisi lain untuk UKM yang merupakan 70% dari jumlah anggota HIMKI, maka pertumbuhan yang diupayakan sebesar 6 – 9%. 

WoodNewsId:  Terakhir, bagaimana dampak TKDN untuk pertumbuhan industri mebel dan kerajinan nasional?

Abdul Sobur: Kebijakkan TKDN sangat dibutuhkan terutama untuk kebutuhan domestik, terutama focus pada pengadaan barang milik pemerintah. Di sisi lain, procurement faktanya sebagian kecil saja dari total pasar domestik. Tetapi yang diharapkan untuk keseluruhan kebutuhan pasar domestik ke depannya, maka kebijakkan TKDN ini juga akan diberlakukan bagi pasar swasta dan rumah tangga. Apabila ini diterapkan maka, pertumbuhan industri mebel akan lebih besar dari jawaban sebelumnya, bisa di angka 10 – 15%, karena tidak hanya didukung pengembangan pasar ekspor, tetapi juga pasar domestik yang akan dikuasai pelaku industri lokal.  (WNID/eM)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

EUDR: “Very badly written law”.

Ditundanya EUDR dan Terbuka Jendela Peluang