“Pameran itu penting tapi.......”

Seberapa penting ikut pameran? Sebagian kecil dari pelaku industri furnitur menyebutkan tidak pernah mengikuti pameran dalam skala apapun karena sudah mendapatkan order online atau langsung dari buyer yang datang langsung padanya. Sebagian lain justru merasa mengikuti pameran itu penting, bahkan ada yang menyebutnya sebagai investasi. "Tidak semua yang dipamerkan dalam keikut sertaan pertama kalinya langsung terjual," ujar Product Designer Eugenio Hendro. 

Selanjutnya Hendro menyebutkan pameran itu penting “Pameran menjadi dasar yang selalu harus dilakukan dan pelaku di industri ini haruslah berpameran namun tidak asal”. Ia menyarankan untuk mendatangi dulu sebelum ikut dalam sebuah pameran. “Jadi jangan langsung ikut tanpa mengetahui buyer profilesnya seperti apa, kebutuhan buyer yang mendatangi seperti apa. Tidak semua pameran itu pas untuk semua brand,” jelasnya.

Dalam paparan presentasinya, Ia menjelaskan tahapan Industri furnitur di Indonesia berbeda dengan industri serupa di luar negeri. “Kalau di luar negeri, kolaborasi antara desainer dengan brand sudah lazim terjadi. Kalau disini manufaktur, pemilik brand tidak tahu bagaimana mengontak desainernya. Desainernya pun tidak tahu manufaktur atau pemilik brand mana yang harus dikontaknya,” katanya. Padahal jumlahnya banyak sekali. Namun untuk sampai pada tahap kesamaan visi sama dalam berkolaborasi, membutuhkan sejumlah tahapan dan itu memakan waktu. Dimulai dari tahapan awal dalam intimasi, “Semacam pacaran, yang dimulai dari perkenalan”, lanjutnya.

Pameran menjadi salah satu ajang dalam bertukar informasi, mengenalkan diri dan berkolaborasi. Selain itu, pameran menjadi tempat untuk mencari buyer, inovasi, sesuatu yang baru bahkan tren ke depannya. “Itu pentingnya pameran dari kacamata desainer,” katanya. “Kalau dari kacamata brand atau manufaktur maka pameran menjadi ajang untuk mencari buyer, trend terbaru, inovasi baru, dan arah market ke depannya,” jelasnya.

Ia menceritakan pengalamannya dalam mengikuti berapa pameran “Sekalipun kami fokus pada mendesain produk untuk brand lain tapi kami selalu mengikuti pameran dalam dan luar negeri,” jelasnya.

Pameran menjadi dasar yang selalu harus dilakukan. “Saya tahu investasinya tidak sedikit. Selalu banyak pertimbangan terutama masalah pendanaannya sebelum mengikuti pameran. Itu belum termasuk logistik dan jarak,” katanya. Ini selalu dimulai dari pertanyaan apakah suatu pameran tepat dengan kebutuhan perusahaan.

Menurutnya, pemain di industri ini haruslah berpameran namun tidak asal. Ia menyarankan untuk mendatangi terlebih dulu sebelum ikut dalam suatu pameran. Jadi jangan langsung ikut tanpa mengetahui buyer profilesnya seperti apa, kebutuhan buyer yang mendatangi seperti apa. Tidak semua pameran itu pas untuk semua brand. “Cobalah mendatangi lebih dulu.  Amati semuanya dan mencari tahu apakan pameran ini tepat untuk kebutuhan perusahaannya. Jadi semuanya harus dijajaki atau dicoba. Itu balik lagi pada seberapa besar investasi dari pemilik brandnya”, jelasnya berpanjang lebar.

Ia juga menyebut bahwa pameran tidak bisa diikuti hanya sekali. Sekalipun masih menduga-duga apakah pameran yang diikutinya itu pas untuk brandnya, namun pameran tidak bisa hanya sekali diikuti lantas memberikan hasil. “Kok tidak sesuai harapan,” ujarnya menirukan ucapan banyak peserta pameran.

Menurutnya pameran itu setengahnya adalah gambling. Belum tentu produk yang dipamerkan langsung diterima seketika. Itu sudah pasti baik pameran di dalam atau di luar negeri. “At least mengikuti tiga kali pameran yang sama, dengan posisi yang sama namun yang ditampilkan berbeda. Itu akan mengundang calon buyer berpikir this is a legitimate company,” katanya. Perusahaan yang mengikuti pameran secara rutin dan akan mengundang calon buyer untuk mau bekerja sama dengannya. (WNID/eM)

https://youtu.be/R86oKaCiQos

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ketua Umum HIMKI Abdul Sobur: “Pasar akan mulai membaik”

EUDR: “Very badly written law”.

Terobosan HIMKI ke China untuk Meningkatkan Daya Saing Global