Refleksi dan Harapan Industri Mebel dan Kerajinan

Ketua Umum Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (HIMKI) Abdul Sobur mengungkapkan kinerja industri mebel dan kerajinan nasional mengalami penurunan ekspor sebesar 28%. Hal ini diungkapkan dalam pertemuan yang bertemakan Refleksi 2023, Outlook 2024, di Hotel Grand Mercure Jakarta Gatot Subroto, 29 Desember 2023.


Menurutnya hal ini dikarenakan kondisi geopolitik dan hyperinflation di negara-negara tujuan ekspor. Namun ada argumentasi lain yang menyebutkan produk asal Indonesia dinilai buyers lebih mahal dibanding produk serupa dari Malaysia, Vietnam dan China. Tak urung buyers memilih berbelanja di ketiga negara itu. Namun itu tidak berlaku bagi sejumlah produk yang khas Indonesia, seperti menggunakan kayu solid dan rotan dan beragam kerajinan yang masih menjadi kekuatan Indonesia.

Dalam situasi ini, para pakar di HIMKI memberi arahan dan strategi yang lebih spesifik agar industri mebel dan kerajinan nasional tetap bertumbuh. Minimal bisa bertahan dalam situasi yang tidak kondusif seperti kini. Target angka ekspor USD5 Milyar USD pada akhir 2024 nanti tampaknya harus dikoreksi, sesuai fakta dan data di lapangan.

Hingga September 2023, ekspor mebel hanya USD 1,29 Milyar. Lebih rendah dari 2021 yang mencapai USD1,86 Milyar, atau turun 30% Year on Year (YoY). Untuk kerajinan tahun 2023 tercatat USD 513 Juta. Lebih rendah dari tahun sebelumnya yang mencapai USD 647 Juta, atau turun 21%. Total kinerja ekspor mebel dan kerajinan pada tahun ini hanya USD 1,8 Milyar. Lebih rendah dibanding tahun lalu yang mencapai USD 2.5 Milyar, atau turun 28%.

Untuk tahun 2024, Wakil Ketua Umum Bidang Keuangan Veronika R Anggraini memprediksi akan ada kenaikan. Ia berharap besar perang yang terjadi akan berhenti. Sedangkan Sobur menyebutkan akan ada kenaikan berdasarkan pola pembelanjaan global selama era pandemi Covid-19. Menurutnya, lonjakan belanja di tahun 2021 yang mencapai rerata 30% namun ini terjadi di pasar ekspor tradisional. Pasar ini diprediksi akan mengalami penurunan ke situasi normal sebesar 2%. "Amerika turun dari 7% menjadi 5%, dan proses ini terjadi hingga 2024 nanti," jelas Sobur. Sobur menduga kenaikan juga terjadi di emerging market namun tidak bisa diharapkan menggeser pangsa pasar ekspor tradisional dalam waktu singkat.

Sobur menambahkan perang tidak akan berhenti bahkan ia menduga masih akan meluas ke wilayah lain dunia. Ia mewanti-wanti akan ada ketegangan baru di Asia berkaitan dengan China. Namun ia cenderung melihat pada pola belanja besar-besar yang terjadi pada kurun tahun 2019 hingga 2021. "Saat itu untuk mengisi stock buyers, dan logikanya stock ini akan habis di tahun 2023," jelasnya. Ini menciptakan ruang belanja baru di tahun 2024. Stockist ini tak hanya ada di buyer namun ada di perusahaan yang memproduksinya namun mengalami penundaan pengiriman. Sobur memperkirakan kenaikan yang terjadi sebesar 15% pertahun. Namun jika kenaikan ini berlanjut stabil maka ia optimis target ekspor untuk mebel dan kerajinan sebesar USD5 Milyar akan tercapai di tahun 2026. Namun ini dengan pemerintahan baru hasil pemilihan umum 2024, dan berdasarkan pencapaian ekspor sebesar USD2,5 Milyar di tahun 2023 ini. 

HIMKI memprediksikan hingga akhir tahun ini, angka optimis ekspor mebel dan kerajinan hanya akan mencapai USD2.5Milyar USD, menurun secara akumulatif sebesar 22%. Laporan Bank Indonesia memperlihatkan penurunan signifikan terjadi Jawa Timur dan Banten, yang produksinya menggunakan engineering wood sebagai material utamanya.


Kondisi ini mengajarkan pelaku industri mebel dan kerajinan HIMKI untuk beradaptasi dengannya. Segenap jajaran HIMKI akan tetap bekerja maksimal, dan terus berkoordinasi dan berkonsolidasi dengan berbagai pihak, sehingga industri ini bisa bertumbuh sebagaimana yang diharapkan. HIMKI optimis dengan masa depan industri ini mengingat Indonesia memiliki potensi sangat besar. Indonesia berpeluang menjadi produsen mebel dan kerajinan terbesar di kawasan regional. Bahkan berpeluang menjadi yang terbesar di dunia, khususnya produk berbasis rotan. Industri ini nyaris sempurna karena didukung ketersediaan bahan baku yang berlimpah dan SDM trampil dalam jumlah besar. Ditambah dengan adanya sentra-sentra produksi mebel dan kerajinan tersebar di seluruh Indonesia.

HIMKI optimis dengan masa depan industri berdasarkan nilai jual unik Indonesia sebagai pemasok pasar furnitur global yang berakar pada sumber daya alamnya, tenaga kerja terampil, harga kompetitif, keragaman budaya, dan produksi berkelanjutan, sehingga sangat dicari di pasar furnitur global. Furnitur buatan Indonesia banyak dicari karena presisi dan desain kreatifnya, selain karakteristiknya yang berkualitas tinggi dan harga bersaing yang dapat diproduksi dengan teknologi global terkini.

Produsen mebel Indonesia dinilai sangat menekankan praktik produksi berkelanjutan, penggunaan bahan ramah lingkungan dan pengelolaan hutan yang bertanggung jawab. Inilah yang membedakan produk mebel Indonesia di pasar global, dan akan menarik konsumen sadar lingkungan. Sejumlah perusahaan, ekspornya masih bertumbuh dalam kondisi sulit. Ini dimungkinkan oleh faktor desain dan penggunaan teknologi mutakhir yang mendongkrak daya saing sehingga produk-produknya dapat bersaing di tingkat global.

Adanya pameran IFEX sebagai event pameran mebel dan kerajinan terbesar di Asia Tenggara berkontribusi keberhasilan itu. Penyelenggaraan IFEX 2024 yang akan dilaksanakan pada 29 Februari-3 Maret 2024 berkontribusi besar pada perbaikan nilai ekspor terutama di semester III dan IV tahun 2024.


Untuk mencapai target ekspor USD5 Milyar pada tahun 2024, HIMKI merekomendasikan sembilan langkah yang harus dipenuhi untuk mencapai target itu. Pertama, kecukupan suplai bahan baku utama dan bahan penunjang. Ketersediaan bahan baku berkualitas dengan stabilitas harga menjadi penentu daya saing industri mebel dan kerajinan. Setidaknya 30% dari jumlah kebutuhan sampai saat ini masih didatangkan dari Impor karena kurangnya pasokan kayu perkakas atau kayu keras dari kawasan hutan dalam negeri.



Target ekspor senilai USD 5 miliar, yang mana 55% berupa produk berbahan baku kayu atau setara dengan 12 juta M3 kayu bulat dari berbagai jenis kayu dengan kualitas dan standar yang dikehendaki pasar. Dibutuhkan pula 67.194 Ton bahan baku rotan siap pakai.

Tidak kalah pentingnya adalah bahan penolong dan penunjang seperti fitting, bahan pengemas, dan bahan finishing yang berperan pada kegiatan proses produksi.

Kedua, peremajaan alat dan teknologi produksi. Program restrukturisasi atau peremajaan mesin dan peralatan bagi sektor industri pengolahan kayu, termasuk industri mebel berskala menengah dan besar; berdampak besar pada efisiensi, produktivitas dan standarisasi kualitas. HIMKI berharap mempertahankan bahkan meningkatkan kapasitas dan kualitas program; serta memperluas cakupan jenis mesin untuk seluruh kategori industri mebel dan kerajinan. Diharapkan pula bisa disederhanakan prosedur bagi industri mebel dan kerajinan.

Ketiga, inovasi dan pengembangan desain. Pengembangan desain dan inovasi produk merupakan salah satu kunci menghadapi ketatnya persaingan di pasar global. Industri mebel dan kerajinan (homedecor) merupakan bagian dari industri kreatif yang menghasilkan produk dengan trend desain yang cepat berubah. Dibutuhkan wadah untuk melakukan pengembangan desain dan inovasi produk. Sejalan dengan itu diperlukan perlindungan hukum terhadap produk hasil pengembangan inovasi dan desain.

Keempat, promosi dan pemasaran. Dengan mempertimbangkan tetap lemahnya permintaan pasar yang menjadi tujuan utama ekspor mebel dan kerajinan; pengaruh ketegangan geopolitik di awal 2022, yang diperburuk konflik Hamas-Israel yang dikhawatirkan memicu konflik lebih luas dan meningkatkan kerawanan di Timur Tengah. Konflik ini berpeluang memicu kenaikan harga energi yang berdampak pada perlambatan pemulihan ekonomi global, dan berimbas lambatnya pemulihaan permintaan mebel dan kerajinan dari negara-negara tujuan ekspor seperti Amerika Serikat dan Uni Eropa. HIMKI memandang perlunya pemerintah meningkatkan anggaran biaya promosi untuk membantu industri mencari pasar-pasar baru; atau mempenetrasi pasar emerging market seperti India, China, Timur Tengah, Afrika dan dan negara berkembang lain yang memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi stabil.

Kelima, peningkatan kompetensi SDM industri. Keterbatasan tenaga kerja siap pakai yang kompeten dan tersertifikasi berdampak pada rendahnya pertumbuhan industri dan daya saing industri mebel dan kerajinan nasional. Ini membutuhkan peningkatan anggaran untuik program beasiswa di Politeknik Industri Furnitur dan Pengolahan Kayu di Kendal; atau di perguruan tinggi yang memiliki jurusan pendukung industri mebel dan kerajinan. Kementerian Ketenagakerjaan bekerja sama dengan pemerintah daerah dan sentra-sentra industri mebel dan kerajinan untuk menyelenggarakan pelatihan teknik produksi bagi tenaga kerja baru untuk mendukung perkembangan industri mebel dan kerajinan yang berkoordinasi dengan Asosiasi terkait.

Keenam, regulasi dan sistem pengupahan. Dalam menyusun regulasi pengupahan tenaga kerja, pemerintah harus konsisten mengakomodir aspek keadilan bagi semua pihak yang terlibat, agar dapat menjamin kelangsungan iklim berusaha yang lebih kondusif bagi pelaku industri yang telah eksis. Sekaligus menjadi daya tarik bagi investor baru.

Ketujuh, penurunan suku bunga. Turunnya suku bunga pinjaman perbankan pada level yang wajar amat penting sebagai dasar terwujudnya daya saing industri dan harga jual yang kompetitif di pasar global.

Kedelapan, pengurangan tarif pajak. Pemerintah perlu mempertimbangkan opsi penghapusan pajak bahan baku impor dan penolong industri; atau opsi pengurangan pajak bagi seluruh bahan, komponen yang dapat mendukung pertumbuhan ekspor. Ini agar daya saing produk mebel dan kerajinan memperoleh efisiensi dari bahan yang tidak tersedia di dalam negeri. Perlu juga dipertimbangkan penurunan tarif pajak badan pada angka kompetitif.

Kesembilan, penegakan hukum. Hingga kini praktik penyelundupan rotan alam masih terjadi. Selain penyelundupan fisik, disinyalir juga modus penyelundupan dengan menyalahgunakan aturan kepabeanan antara lain pelarian HS. Praktik penyelundupan sangat mengganggu stabilitas pasokan bahan baku ke industri dalam negeri. Terjadinya penyelundupan ini akibat lemahnya sanksi yang diberikan kepada para eksportir yang melanggar. (NWID/eM)


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ketua Umum HIMKI Abdul Sobur: “Pasar akan mulai membaik”

EUDR: “Very badly written law”.

Terobosan HIMKI ke China untuk Meningkatkan Daya Saing Global