Slam Furniture: Berharap Besar pada Pameran

Industri mebel berskala kecil sangat merasakan dampak dari pandemi Covid-19. Banyak di antara industri ini berjatuhan bahkan terpaksa gulung tikar dalam kurun waktu itu. Hanya sedikit yang bisa meraih sukses dan merubah tantangan menjadi peluang, dan salah satunya adalah Slam Furniture yang berasal dari Klaten.


Perusahaan yang didirikan oleh Slamet Setyiyono pada tahun 2019 justru merasakan manisnya masa-masa itu. “Kami bisa mengirim 2 kontainer perminggunya ke Amerika Serikat,” ujarnya saat ditemui di sela pameran di Tangerang Selatan. Lantas ia menceritakna jika pihaknya harus melakukan lembur untuk bisa menyelesaikannya tepat waktu.


Order ekspor ini tidak diperolehnya langsung dari kastemer asal Amerika, namun dari buying agent yang berasal dari Taiwan. “Mereka sangat agresif namun juga sangat menekan,” sambungnya. Sekalipun demikian, Slamet justru menilai agent asal Taiwan ini sangat prositif dalam pembayarannya. “Pembayarannya cair setelah pengurusan dokumen selesai sehingga menguntungkan kami,” lanjutnya. Ia lantas membandingkan dengan sejumlah buyer yang membayar setelah tiga minggu barangnya diterima disana.

Di saat yang sama, pesanan yang datang dari negara-negara Eropa justru mengalami penurunan signifikan. Ia sempat memasarkan produknya antara lain ke Belgia dan Spanyol saat itu. “Produk kursi beranyamkan rotan sangat diminati pasar Spanyol,” katanya. Paska covid, buyer asal Spanyol baru memulai kembali berbisnis dengan pihaknya. “Kami baru bisa masuk kembali kesana, dan itu hanya satu item yang berupa kursi dengan anyaman rotan,” lanjutnya.


Ia mengakui untuk pasar ini sudah ada sertifikat khusus guna memasuki pasarnya, dan itu sudah berjalan hingga saat ini. Biayanya ternyata cukup besar, sekitar IDR 8 Juta untuk sekali jalan dan untuk satu item saja.

Slamet mengungkapkan bahwa keikutsertaannya dalam pameran-pameran internasional seperti Ifex dan Iffina menjadi ujung tombak penjualannya dalam meraih pasar internasional. Ia bercerita bagaimana efektifnya pameran ini dalam menggaet buyer. “Mereka datang, duduk berdiskusi, dan turun lah order setelahnya”. Bahkan buyer yang sama, di saat pameran di Tangerang berlangsung, sedang berkunjung ke pabrik dan gudangnya di Klaten sana. “Setelah ini, minggu depan, akan ada kunjungan tenaga Quality Control (QC) dari buying agent lainnya,” lanjutnya.

Ia dengan tegas menyebutkan itu merupakan hasil keikut sertaannya pada pameran di bulan Maret. Sedangkan untuk pameran di bulan September yang baru saja terselenggara kembali untuk pertama kalinya setelah vakuum sedemikian lama, masih belum memberikan hasil sesuai harapannya. “Ada berapa buyer potensial yang datang dan berdisikusi namun masih harus dilihat bagaimana keseriusannya nanti,” katanya. “Kami menunggu hasil pameran ini karena hingga Maret 2024 order yang didapat dari mengikuti pameran di bulan Maret sudah mencukupi”. 


Slamet mengakui bahwa tantangan terbesar dari industrinya adalah konsitensi dan peningkatan kualitas produk. Dengan lokasi produksi yang tersebar, sekalipun diakuinya masih berdekatan dan berada dalam satu kampung menjadikan persoalan kontrol kualitas sebagai pokok perhatiannya. Tenaga QC internalnya mulai difungsikan sejak pengerjaan produk di subkontraktor. Setelah itu, QC kian terlibat melekat di tiap tahapan produksi bahkan hingga ke sebelum loading. “Loadingnya dilakukan di fasilitas terpisah lokasinya dengan luas sekitar 1200 Meter Persegi,” jelasnya.


Kini, Slam Furniture direncanakan untuk fokus pada produk-produk mebel indoor berbahan kayu jati dan mahoni. Sementara produk mebel dengan aksesories anyaman kulit dan rotan direncanakan akan dikerjakan anak perusahaannya, CV Selawe Furnitur. Perusahaan yang baru didirikannya di tahun 2022 lalu. Ia menyebutkan bila lembaran anyaman rotan tidaklah sulit untuk diperoleh karena memang tersedia di pasaran bahkan bisa dipesan untuk pola-pola anyaman yang customized. Kedua Perusahaan ini saat ini masih ditangani oleh tim manajemen yang sama, namun akan mulai dipisahkan jika hasil dari pameran di bulan September lalu menunjukkan hasil yang cukup menjanjikan ke depannya. (WNID/eM)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ketua Umum HIMKI Abdul Sobur: “Pasar akan mulai membaik”

EUDR: “Very badly written law”.

Terobosan HIMKI ke China untuk Meningkatkan Daya Saing Global