Rupert Oliver: EUDR Diskriminatif dan Menyasar Kayu Tropis

Rupert Oliver, Director Forest Industries Intelligence Ltd., dan Director Sustainable Wood Ltd., dalam presentasinya pada Konvensi American Hardwood Export Council (AHEC) ke 26 di Chengdu, China, membahas kebijakan lingkungan hidup yang berdampak pada hukum internasional. Ia mengungkapkan mengenai pembentukan organisasi baru Sustainable Hardwood Coalition yang merupakan respon atas diundangkannya regulasi deforestation-free oleh Uni Eropa baru-baru ini. Sekalipun regulasi ini baru akan ditegakan pada Desember 2024, namun harus dipandang sebagai bentuk hambatan baru dalam bisnis dan industri kayu internasional. Ini sejalan dengan Executive Director AHEC Michael Snow yang melihat regulasi Uni Eropa ini sebagai bentuk baru dari sertifikat ekspor ke dan dari kawasan itu.


Oliver menyebutkan bahwa saat ini masyarakat berada dalam lingkungan yang berubah cepat dan kian rumit terutama dalam kebijakan kehutanan internasional. Ini berpotensi menimbulkan kesulitan. Regulasi itu menggolongkan kayu sebagai forest risk commodities dalam mata rantai pasokan, terutama yang berasal dari kawasan hutan yang mengalami perubahan fungsi. Meningkatnya populasi dan kesejahteraan mendorong naiknya konsumsi terhadap bahan bangunan seperti kayu. Kesadaran akan lingkungan meningkatkan penggunaan kayu sebagai material bangunan. Ini membuka peluang bisnis besar namun terancam dengan lahirnya regulasi yang bertujuan memperketat pengawasan akan lingkungan hidup.

Sustainable hardwood coalition bertujuan menepis kesalah pahaman dan miskonsepsi tentang environmental credentials terutama jika kayu itu disuplai dari seberang lautan. Miskonsepsi terbesar adalah konsumsi kayu hutan akan berdampak besar pada kerusakan lingkungan hidup. Dalam konteks kayu Amerika Serikat, ini merupakan miskonsepsi total. Ada juga pemikiran yang terlalu fokus pada pembatasan karbon mislead pada pembatasan berlebihan atas penebangan kayu, dan produk-produk yang diprioritaskan seperti veneer serta kayu gergajian. Ini yang harus dikoreksi.

Tuntutan kuat akan sertifikasi pengelolan hutan oleh organisasi, kelompok negara-negara tertentu telah terbukti membebani terutama bagi pemilik lahan hutan kecil. Di Amerika Serikat, pemilik lahan hutan berskala kecil sangatlah dominan bahkan mencapai 80%. Pengelolaan hutan berkelanjutannya sudah lah sangat sounding namun sedikit diantaranya yang tersertifikasi, baik FSC atau PEFC.

Kini ada EUDR, yang akan berlaku efektif dalam 13 bulan mendatang. Regulasi ini menimbulkan masalah karena dalam setiap pengirimannya kayu gelondongan dan produk-produk turunannya, dari dan ke Uni Eropa, membutuhkan sertifikasi geolokasi. Tidak hanya itu karena ini juga berlaku bagi setiap item yang berbahan kayu. Geolokasi harus menunjukkan secara tepat posisi pokok kayu saat penebangan dilakukan. Ini harus disertakan dalam setiap consignment.

Seperti yang pernah diberitakan dalam WoodNewsID, 11 September 2023, ada tiga sisi dari regulasi Uni Eropa ini. Sisi baiknya adalah regulasi ini mengakui bahwa perkebunan sebagai main driver deforestasi, bukan sektor kehutanan; mengakui manfaat karbon dari hutan alam yang dikelola secara baik; mendorong inovasi pendekatan untuk melakukan verifikasi.


Sisi buruknya adalah membutuhkan pendekatan geolokasi bagi pemilik lahan individu dalam setiap consignment; mendiskriminasi petani pemilik lahan kecil dan produk bernilai tambah; skala waktu yang sangat tak realisitik karena diberlakukan pada 31 Desember 2024; terlalu optimis pada regulasi dan pendekatan teknis yang akan menunjang pemberlakuannya.

Sisi terburuknya adalah kurangnya konsultasi pada mitra dagang dan industri pelaku; melarang produk-produk deforestasi legal dan illegal sekaligus, “Cuts across sovereignity!” tegas Oliver. Regulasi ini lebih berfokus pada komoditas-komoditas hutan tropis dan mengecualikan komoditas dari hutan non-tropis; mengkategorikan negara-negara ke dalam kategori ‘High risk’, ‘Standrads’ dan Low risk’.

Persyaratan geolokasi akan menyulitkan dalam lacak balak secara tepat karena dikepul dari banyak sumber. Trader kayu di Amerika umumnya mencampur untuk meningkatkan dan memeratakan kualitas serta kuantitasnya, namun karena dikepul dari banyak petani kecil maka ini menjadi hambatan dalam memenuhi permintaan dari pasar Eropa nantinya. Ini sudah menjadi pengetahuan umum di kalangan industri perkayuan dan mebel yang menggunakannya.

EUDR jelas mendiskriminasi setiap produk bernilai tambah. Ini merupakan tantangan besar sehingga kita membutuhkan frame work baru dalam meresponnya. Tantangan lainnya adalah dengan EUDR, sektor material bukan kayu justru tidak diregulasi seketat itu. Ini mengharuskan industri penggunanya untuk melakukan upaya mengkoordinasikan teknologi dan teknik akan sumber-sumber kayunya untuk bisa memenuhi standar baru lingkungan yang berlaku. Sektor kayu juga membutuhkan konsolidasi informasi dan teknologi serta melakukan setting ulang terhadap standar yang bisa menghasilkan manfaat besar bagi industri perkayuan.

Sustainable hardwood coalition bertujuan untuk menghasilkan frame work independen baru agar bisa dealing dengan regulasi baru dalam pasar internasional. Frame work baru ini akan terfokus pada wilayah yang produk kayunya banyak berasasl dari pemilik lahan kecil seperti diAmerika Serikat. Sertifikasi yang dihasilkan nantinya akan berbasis risiko yang mengacu pada berbagai level administrasi, baik negara bagian atau federal seperti di Amerika Serikat. Hal serupa basis risiko juga akan ditekankan pada level propinsi atau nasional jika diterapkan di negara lainnya.

Akan ada maksimalisasi penggunaan teknologi baru untuk penerbitan sertifikasi seperti remote sensing yang terhubung dengan Artificial Inteligence. Ini akan lebih akurat dan efektif dalam penginderaan hutan dengan pengelolaan berkelanjutan. Dengan teknologi ini bisa diketahui secarca pasti apakah kayu itu berasal dari hasil deforestasi atau tidak. Untuk level juridiksi akan bsia diterapkan di tingkat local atau nasional.


Teknologi analisis DNA kayu akan diterapkan dalam melacak dari mana asal lokasi penebangannya. Ini akan lebih efektif dan efisien, sekaligus mengurangi biaya dalam penerbitan sertifikasi lacak balak. Tujuan utama semua itu adalah mengurangi biaya-biaya sertifikasi sustainability yang selama ini membebani pemilik lahan hutan kecil. Yang terjadi selama ini adalah proses dan biaya sertifikasi terlalu mahal dan membebani. Ini membuat disadvantage bagi industri sektor perkayuan, agar lebih efisien dan efektif. Semua itu harus bisa diimplementasikan sebelum enforcement EUTR berlaku pada Desember 2024 mendatang. (WNID) 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ketua Umum HIMKI Abdul Sobur: “Pasar akan mulai membaik”

EUDR: “Very badly written law”.

Terobosan HIMKI ke China untuk Meningkatkan Daya Saing Global