Ketua Umum HIMKI Abdul Sobur: “Pasar akan mulai membaik”
Ketua Umum Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (HIMKI) Abdul Sobur memperkirakan pasar akan membaik di tahun depan. “Pasar ekspor akan bertumbuh 5-8%, sedang pertumbuhan pasar domestik antara 4-6%,” ujarnya dengan penuh optimis. Ia juga mengungkapkan bila pihaknya akan berupaya mempertahankan pasar dengan lima strategi mulai dari market offset hingga upgrade permesinan produksi. Ikuti perbincangannya dengan Redaksi WoodNewsID dalam seri Outlook yang pertama.
WoodNewsID: Bagaimana kondisi bisnis industri mebel dan kerajinan berbasis kayu di Indonesia pada tahun ini? Apakah membaik dibanding tahun 2023? Ataukah malahan memburuk? Bisa dinominalkan kah peningkatan atau penurunannya dibanding tahun lalu?
Abdul Sobur: Bisnis
industri mebel dan kerajinan berbasis kayu untuk tahun ini masih belum wait and
see. Order tetap ada namun memang masih jauh dari harapan terutama dari sisi
ekspor. Dari catatan, Bank Indonesia dari bulan Januari – Juli 2023 terkoreksi
hingga -32% dari periode yang sama di tahun sebelumnya.
Secara global di tengah ketidak pastian ekonomi, perkembangan industri furnitur diharapkan tumbuh
pada angka 5,2% antara tahun 2023 – 2028. Di sisi lain, furnitur yang lebih
dikustomisasi akan lebih berkembang dibandingkan dengan pasar masif yang selalu
dipengaruhi kondisi ekonomi global, meskipun dari volume tidak besar karena
niche market. Selain itu, produk furnitur yang mengadopsi sustainability atau
keberlanjutan akan juga mendapat tempat di konsumen saat ini yang mulai peduli
dengan gaya hidupnya baik pada diri sendiri dan lingkungan atau conscious
lifestyle.
WoodNewsID: Dalam
kondisi yang ada, apa saja yang telah dilakukan asosiasi untuk menopang
pertumbuhannya sepanjang tahun 2023? Lantas bagaimana hasilnya hingga saat ini?
Abdul Sobur: Strategi HIMKI dalam upaya mempertahankan pasar ditengah pelemahan permintaan pasar dunia adalah Pertama, menerapkan Market Offset Strategy yaitu mengeser sementara fokus orientasi pasar dalam upaya mengimbangi penurunan permintaan dari pasar tradisional. Kedua, Multichannel Marketing Strategy yaitu diversifikasi pemanfaatan saluran atau jaringan media pemasaran antara lain dengan online marketing atau marketplace. Ketiga, Market Penetration Strategy yakni perluasan jaringan pasar baru terutama ke negara emerging market, seperti Timur Tengah yang merupakan pasar non-tradisional dan negara Asia lainnya seperti India, China, Korea dan Jepang yang memiliki permintaan atau market size domestik cukup besar. Keempat, Value Added Strategy and Market Segmentation yaitu meningkatkan nilai pasar melalui penjualan produk bernilai tambah tinggi serta melakukan perubahan segmentasi pasar dari mass market ke niche market. Dan kelima adalah Upgrading Production Machines with Modern and Effective Technology atau menggunakan teknologi modern dan tepat guna dalam produksi yang bertujuan untuk menurunkan biaya produksi dan meningkatkan daya saing harga produk.
WoodNewsID: Pasar
ekspor mana saja yang masih berpotensi untuk dimasuki? Dan pasar ekspor mana
saja yang mulai terlihat jenuh menyerap ekspor mebel asal Indonesia?
Abdul Sobur: Mempertimbangkan pasar tradisional yang hingga
kini masih belum terlihat pergerakan. Eropa misalnya permintaan sangat menurun
tajam pengaruh krisis geopolitik dan juga resesi ekonomi yang belum menunjukan
perbaikan yang signifikan, dan terlebih mereka mulai banyak menerapkan aturan
yang makin memperberat produk furnitur dan kerajinan asal negara lain termasuk
Indonesia seperti Eropean Union
Deforestation-free Regulation (EUDR). Begitu juga
dengan Amerika Serikat yang perekonomiannya belum sepenuhnya pulih yang
berpengaruh terhadap belanja masyarakat akan furnitur.
Fokus penetrasi pemasaran ekspor saat ini yang dinilai berpotensi
dalam mengimbanginya penurunan permintaan pasar tradisional adalah pasar
emerging market. Kemudian pasar Timur Tengah, seperti Uni Emirat, Arab Saudi,
dan Qatar, yang masih giat membangun infrastruktur dan mendorong permintaan kebutuhan
furnitur dan sejenisnya sehingga pasarnya masih terbuka. Pasar
potensial lainnya yang perlu digarap adalah India. Secara eksponensial di India
dan akan terus tumbuh selama dekade berikutnya seiring dengan perluasan
infrastruktur dan menghubungkan kota-kota besar serta berbagai program
pemerintah yang mendorong pembangunan kawasan perumahan baru serta meningkatnya
jumlah kawasan perkantoran. Tahun 2022, pasar furnitur India menyentuh U$ 23,12
miliar dan diperkirakan akan mencapai U$ 37,72 Miliar pada akhir tahun 2026 dengan pertumbuhan CAGR 13,37% dari
tahun 2020-2026. India adalah negara konsumen furnitur terbesar ke-4 dan pasar
furnitur terbesar ke-14 di dunia. Lainnya adalah Afrika selama ini masih belum
termaksimalkan dan mulai menjadi bagian dari penetrasi pasar.
WoodNewsID: Lantas
bagaimana dengan potensi pasar domestik? Seberapa besar potensinya di tahun
2023 dan 2024 mendatang? Bagaimana peluang industri yang selama ini
berorientasi pada ekspor dalam mengisi peluang pasar domestik? Apa saja
hambatannya? Mudahkah itu untuk mengatasinya?
Abdul Sobur: Potensi pasar domestik cukup besar. Pembangunan infrastruktur di Indonesia terutama pembangunan perumahan masih dibutuhkan, termasuk pembangunan di Ibukota Negara (IKN) yang baru, tentunya membutuhkan produk furnitur, home décor, dan sejenisnya. Namun memang untuk menggarap pasar domestik bukan perkara mudah, mengingat anggota HIMKI didominasi oleh eksportir sehingga perlu melakukan adaptasi dan memerlukan kekuatan modal dua kali lipat.
WoodNewsID: Tahun 2024
adalah tahun pencapaian ekspor mebel sebesar USD5 Milyar, dan bisakah target
itu tercapai? Apa saja yang menjadi halangan dalam jangka pendek, menengah dan
Panjang untuk mencapainya?
Abdul Sobur: Kami tetap harus optimis walau untuk mencapai
ekspor USD 5 miliar di tahun 2024 masih sangat sulit jika melihat kondisi yang
terjadi saat ini. Tahun depan diharapkan kondisi membaik sehingga bisa
berdampak positif bagi pertumbuhan industri
furnitur dan kerajinan nasional. Untuk jangka menengah, tentunya harus adanya
dukungan dari pemerintah dalam hal fasilitasi promosi dan pemasaran dalam
rangka perluasan atau penetrasi pasar serta dukungan regulasi yang ramah
terhadap dunia usaha.
WoodNewsID: Tahun 2024
juga merupakan tahun politik, bagaimana asosiasi menyikapinya? Apakah tahun ini
akan juga menjadi penghalang bagi pertumbuhan industri mebel di tanah air?
Abdul Sobur: Tahun politik merupakan kondisi sementara,
sehingga asosiasi tidak menjadikannya sesuatu yang menghambat, namun tentunya HIMKI
tetap waspada dan selalu memonitor perkembangan yang ada.
WoodNewsID: Lantas
bagaimana asosiasi melihat dan menyikapi berlakunya European Union Deforestation-free Regulation yang
akan berlaku pada Desember 2024 mendatang? Apakah regulasi ini akan menjadi
penghalang utama bagi produk mebel dalam memasuki pasar Uni Eropa? Sejauh ini
Langkah-langka apa saja yang sudah ditempuh asosiasi dalam mengatasinya? Apakah
ada kerja sama dengan negara seperti Amerika Serikat dalam menyikapinya?
Abdul Sobur: Asosiasi sejauh ini sudah melakukan
langkah-langkah dengan berkoordinasi dengan asosiasi lain yang juga terimbas
oleh peraturan sepihak tersebut untuk memberikan masukan bagi pemerintah jika
aturan ini diberlakukan. Upaya lainnya adalah berkoordinasi dengan Direktorat
Jenderal Perundingan Perdagangan Internasional Kementerian Perdagangan yang
secara aktif melakukan lobi terhadap EUDR. Adapun kementerian lainya adalah
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan yang juga diharapkan terlibat aktif
dalam memberikan informasi yang obyektif pada Uni Eropa, sehingga Uni Eropa pun
bisa melihat ada aturan yang juga ditaati oleh pelaku industri termasuk sektor furnitur
dan kerajinan terhadap keberlanjutan dan dampak lingkungan.
HIMKI meminta kepada Pemerintah agar di setiap perundingan untuk memperjuangkan kesetaraan sertifikat dan
standar nasional dengan negara mitra. Selain itu juga Pemerintah harus gencar
melakukan sosialisasi dan promosi bahwa sertifikat dan atau standar produk Indonesia
sesuai dengan yang berlaku di global bahkan dilapangan proses yang diterapkan
Pemerintah dalam mendapatkan sertifikasi dan standar produk lebih luas dan
komplek dengan demikian seharusnya standar yang kita miliki pantas dan harus
diakui oleh negara mitra yang menjadi tujuan ekspor.
WoodNewsID: Bagaimana
dampak akan kenaikan harga migas dan dampak el-nino terhadap pertumbuhan ekspor
mebel Indonesia di tahun 2024?
Abdul Sobur: Minyak dan gas sebenarnya bukan termasuk komponen biaya produksi primer atau
langsung bagi industri furnitur dan kerajinan kecuali listrik. Namun berbicara
masalah ekspor, tentu masalah biaya forwarding yang ada kaitannya dengan minyak
(BBM). Dengan kata lain, dampaknya tentu tetap ada, tapi tidak sebesar pada
dampak primer pada produksi secara langsung, sehingga kami akan menyikapinya dengan hati-hati.
WoodNewsID: Terakhir,
berapa besar pertumbuhan industri mebel nasional termasuk untuk ekspor dan
pasar domestik di tahuh 2024?
Abdul Sobur: Untuk
pasar ekspor, kami perkirakan akan mulai lebih membaik pada tahun depan dengan
pertumbuhan di kisaran 5
– 8%. Pertumbuhan salah satunya diharapkan datang dari dampak positif
penyelanggaraan pameran IFEX 2024 yang akan dilaksanakan pada 29 Februari – 03
Maret 2024. Sedangkan penjualan di pasar domestik kami harapkan bisa tumbuh di
antara 4 – 6%. Untuk mencapai target ini pertumbuhan penjualan di pasar
domestik, kami telah mempersiapkan beberapa perangkat promosi diantaranya platform
belanja online atau HIMKI market place. (WNID/eM)
Komentar
Posting Komentar