Nathan Yong, Menantang Kaidah-kaidah yang ada

Clear Display Cabinet by Nathan Yong

Pada tahun 2022, Desainer Singapura Nathan Yong memperoleh penghargaan regional berupa INDE Awards sebagai salah satu dari bintang yang bersinar. Yong dipandang sebagai salah seorang yang dampaknya tidak tergantikan dalam industri, bahkan dipertimbangkan sebagai salah satu ikon. Realitasnya Yong merupakan ikon yang telah membuat banyak pencapaian dan membuat kesuksesan komersial tanpa harus mengkompromikan kekuatan pembedanya, kecanggihan estika. Sekalipun sudah beroleh penghargaan bergengsi, namun Yong tidak pernah berhenti untuk melanjutkan eksplorasinya menantang kaidah-kaidah yang ada.

Yong mengungkap kerja pribadinya, “Saya menikmati kebebasan berekplorasi yang membuat saya bisa menjelajah, mengantisipasi dan berspekulasi dengan banyak kemungkinan”.  Kesemuanya membuatnya mampu untuk beroleh beragam penghargaan termasuk penghargaan bergengsi, Designer of the Year pada tahun 2007, Best New Young Designer pada tahun 2010 dari majalah Italia Interni dan sejumlah penghargaan dari Living Divani, Herman Miller, Ligne Roset serta Bandara Changi.

Yong menyebut dirinya sangat idealis ketika memulai karirnya pada usia 29 tahun namun menyadari bahwa pasar Singapura belum siap untuk menerima selera keindahannya. Tanggung jawab terbesar adalah bagaimana membuat sebuah bisnis survive secara nyata, sehingga bisa membayar semua tagihan yang masuk.  Itu sebabnya ia menekankan pentingnya desain-desainnya pragmatis, dan itu bukan sesuatu yang buruk karena mengajarkannya untuk membuat desain yang  efektif tanpa harus mengkompromikan visinya dalam mendesain. Mencari perimbangan antara realitas komersial dengan kreativitas.

Kini, Yong menggunakan furnitur sebagai alat eksplorasinya untuk pencapaian artistic endeavours. “Ini membuatnya dekat dengan jantung saya persis ketika saya memulainya”. Ia melihat ketika orang membeli produknya, mereka tidak selau mengapresiasi nilai sejati dari sebuah obyek. Itu cenderung semata transaksi antara biaya yang dikeluarkan dengan apa yang bisa didapatkannya. “Saya ingin menginvestasi ulang keterkaitan antara benda-benda seni yang membuat orang mempertanyakan nilai riil dari sebuah obyek terhadap dirinya, alam, komuntas, dan kebaikan untuk bumi,” ujar Yong.

 

Line Collection by Nathan Yong

Komitmennya untuk mengedukasi generasi desainer berikutnya dilakukannya dengan mengajar pada Lasalle College of the Arts in Singapore yang mana Yong merupakan Ketua Program Desain Produk.  Semasa pandemic Covid-19, Ia berperan sebagai mentor untuk penemuan kembali kolaborasi desain global antara Majalah Wallpaper, Musium Desain di London dan  American Hardwood Export Council (AHEC). Yong membimbing dari jarak jauh sekelompok desainer muda yang berkeinginan mengembangkan furnitur dengan menggunakan kayu maple, cherry dan red oak asal Amerika Serikat.

Yong menyarankan para desainer muda untuk berpaling pada latar belakang budaya dan sosial mereka yang unik untuk menemukan jawaban autentik mereka untuk proyek ini. Sebagai seseorang yang ahli dalam menggunakan kayu guna manufaktur furniture, Yong sangat ahli dan kondang dalam the art of the possible.

Showroomnya memperlihatkan kecintaannya pada spesies walnut, ash dan white oak Amerika; namun juga membuktikan keahliannya dalam berbisnis lewat pemilihan material yang secara lingkungan bisa dipertanggung jawabkan sekaligus dikehendaki keindahannya. “Saya sering ditanya soal peran desainer dalam persoalan kelestarian,” ujarnya. “Saya pikir seharusnya berawal dari dasar ke atas,” lanjutnya.

“Semuanya  berawal dari keinginan kastemer, hanya melalui kebutuhan massal maka kita bisa merubah bisnis,” jelasnya. Menurutnya, desainer adalah bagian dari entitas bisnis, dan biasanya bekerja sesuai taklimat proyek terutama memenuhi tuntutan dari kastemer. Jika kastemer tidak menghendaki produk dari plastik maka bisnis termotivasi untuk berhenti menggunakan material plastik. Sangatlah jarang bisnis mau mendengarkan arahan desainer untuk pilihan material atau cara produksi yang dikehendaki, dan mencoba untuk mempengaruhi mereka agar bertindak sesuai keinginan para desainer. Ini menjawab pertanyaan bahwa seharusnya desainer lah yang bertanggung jawab pada kesadaraan kelestarian lingkungan karena banyaknya penebangan pepohonan secara massif.

Pebble Tables by Nathan

 Kolaborasi terbaru Yong yang bertajuk Lifecycles diluncurkan di Singapura baru-baru ini. Koleksi ini terdiri dari 5 buah furnitur yang terbuat dari kayu hard maple, cherry dan red oak. Yong berupaya memprovokasi kerjanya dengan mengatakan dirinya hendak mengalihkan perhatian orang banyak untuk memahami apa itu keindahan? Apa itu keburukan? Apa itu nilai? Apa itu desain? Apa itu seni? Apakah itu baik atau buruk? “Saya ingin orang mempertanyakan ulang sistem nilainya”.

Ini merupakan tantangan terhadap kaidah-kaidah yang ada, “Seharusnya berawal pada penghargaan pada benda-benda disekitar, apakah dibuat manusia atau tidak”. Kesemua koleksi itu dibuat memenuhi full life cycle assessment. Dampak pada lingkungan dari tiap unit telah dikalkulasikan untuk menjawab yang ingin diketahui dan ingin dipelajari tentang desain berkelanjutan. Karena material kayu yang dipergunakan sudah menggunakan metode manajemen kelestarian akan pohon kayu yang ditebang dan memiliki pembuktiannya secara ilmiah.

Kalau hanya sekedar mendesain sesuatu yang indah untuk proyek ini adalah mudah tapi pendekatannya dangkal. “Agar orang tertarik dan bisa diedukasi tentang pelestarian dan tanggung jawab konsumtif. “Saya mengambil pendekatan konstruktif agar orang mencari tahu tentang dirinya dan mengeksplorasi serta menganalisisnya lebih lanjut”. (WNID/eM)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ketua Umum HIMKI Abdul Sobur: “Pasar akan mulai membaik”

EUDR: “Very badly written law”.

Terobosan HIMKI ke China untuk Meningkatkan Daya Saing Global