Ivan Susanto Hartono:“Kemungkinan tidak akan ada pertumbuhan”

Executive Director PT Sumber Mas Indah Plywood Ivan Susanto Hartono menyebutkan tahun depan akan lebih berat lagi dibanding tahun ini. Ia sendiri memprediksikan tidak akan ada pertumbuhan, “Yang terjadi justru stagnasi karena end-user akan sulit memenuhi kebutuhannya karena kenaikan harga-harga,” ujarnya. Belum berakhirnya krisis Ukraina-Russia telah menyulut krisis listrik, gas dan bahan bakar, serta krisis bahan pangan. Resesi global pun mulai mengancam di tahun depan. Itu sebabnya ia memfokuskan diri untuk mengantisipasi perubahan yang akan terjadi di tahun depan. “Tahun ini bisnis bisa dibilang unik dan posisi kami masih cukup solid sekalipun ada penurunan dalam produksi,” lanjutnya. Ikuti kutipan perbincangan dengan Redaksi WoodNewsID di bawah ini. 



WoodNewsID: Bagaimana bisnis tahun ini?

Ivan Susanto Hartono: Bisnis tahun ini agak unik kalau mau dibilang, dibanding tahun sebelumnya. Kami sudah antisipasi sejak tahun lalu. Tahun lalu situasinya sangat menjanjikan. Semua manufaktur komoditas bisa dikatakan doing well di tahun itu. Sejak akhir tahun lalu, saya sudah mengantisipasi dan melihat suatu saat nanti akan stagnan. Konsumen akan sulit untuk membeli karena kenaikan harga yang signifikan. Paruh pertama tahun ini we did extremely well. Dari harga, order, profitablitas dan kesehatan perusahaan cukup bagus performanya. Sejak Juli, mulai lah penurunan terjadi.

Fokus perusahaan kami adalah pasar Jepang yang memang sangat dominan pemasarannya. Di sana yang terjadi adalah banyaknya spekulasi dari pemain-pemain baru. Mereka banyak mengimpor produk kayu dari banyak negara. Akibatnya, order ini memenuhi gudang-gudang disana. Saat kunjungan September lalu, memang saya temukan betapa penuhnya gudang-gudang disana. Dampaknya adalah untuk produksi yang normal, yang dikirimkan ke wholesaler disana maka sudah tidak ada ruang yang tersedia. Storage sudah tidak tersedia akibatnya terpaksa menunggu clearance dari produk-produk tersimpan. Setelah itu barulah kami bisa mengirimkan barang. Ini berdampak pada delay dan menurunnya order. Kalau order biasanya mereka mendapatkan free time demurrage and detention dari shipping line. Tahun lalu karena kepadatan kapal dan warehouse, terjadi congestion di seaport. Tidak ada lagi tempat untuk menaruh barang di sana. Shipping tidak lagi mau memberikan free time demurrage and detention. Ini berdampak pada pelambatan order mereka selanjutnya.

WoodNewsID: Cukup tajam penuruan ordernya? 

Ivan Susanto Hartono: Oh ya cukup tajam. Produk kami bisa dibedakan jadi dua jenis. Pertama produk khusus yang diorder pabrikan flooring dan secondary processing di sana. Mereka punya space sendiri sehigga aman. Kami masih shipping terus dan orderan dari mereka tidak bermasalah hingga kini. Jumlahnya cukup banyak dan kami terikat kontrak dengan mereka hingga tahun 2023 depan. Kebanyakan produknya untuk perumahan sehingga tetap harus mengorder dan membuat hingga menjadi produk akhir disana. Mereka terikat kontrak untuk menyuplai end usernya. Ini dari sisi yang aman karena produknya hi-end dan tidak dibuat oleh banyak pabrikan pemasok lainnya.

Di sisi lain, yang kami kategorikan sebagai produk komoditas yang disuplai ke distributor atau wholesaler disana yang justru mengalami problem dengan congestion dan penyerapan pasar di sana. Interest masih ada hanya congestion itu yang jadi problem karena mereka tidak bisa menerima barang sesuai waktunya. Itu berlangsung hingga kini.

Ada berita yang sedikit melegakan kami karena ada sebuah pabrikan concrete pannel di China dengan produksi 6000 meter kubik perbulan, saat ini bermasalah karena produknya tidak sesuai dengan standar yang berlaku di Jepang. Ini membuat mereka harus omit dari Jepang, entah produknya dimusnahkan atau dikirim kembali. Kalau itu terjadi maka akan ada space untuk menerima produk yang diorderkan ke kami. Berita ini baru diterima minggu kedua bula Oktober 2022, dan kami masih menunggu perkembangan berikutnya. Kami berharap agar pada November 2022 ini sudah terjadi sehingg akan ada space kosong disana yang mampu mendorong naiknya order dari sana secara perlahan-lahan. Mudah-mudahan bisa terwujud karena orderan sudah mulai masuk kembali dan meningkat secara pelan-pelan.

WoodNewsID: Kalau yang termasuk komoditas seberapa besar penurunannya?

Ivan Susanto Hartono: Cukup besar. Dalam portfolio kami dalam sebulan produk itu mencapai 2000 kubik, atau sekitar 20% dari total.

WoodNewsID: Andaikata November sudah tersedia space kosong maka berapa pertumbuhan yang diharapkan ditahun depan? 

Ivan Susanto Hartono: Kalau dilihat pertumbuhan, tidak ada. Kemungkinan tidak ada pertumbuhan. Jika masih bisa memenuhi exisiting demand saja sudah cukup bagus. Demand dimana pun di dunia sudah signifikan drop mengingat karena krisis energi, tingkat suku bunga yang tinggi di berbagai negara seperti Amerika Serikat dan Eropa. Akibatnya demand untuk housing dan construction akan turun. Pasti turun!

WoodNewsID: Properti merupakan lokomotif perekonomian, dan tahun depan semua sudah memprediksi akan terjadinya resesi global? Apa yang akan terjadi?

Ivan Susanto Hartono: Semua sudah memprediksikan akan terjadinya resesi di tahun depan. Sebenarna dua motor utama untuk pertumbuhan ekonomi global kan dua negara besar, Amerika Serikat dan China. Eropa sudah terpuruk sejak meletusnya krisis Ukraina-Russia, terutama dalam pasokan energinya.

Ada potential customer dari Jerman yang bilang pemerintahannya sudah kesulitan dalam memfokuskan kebijakan penghematan energi guna melewati musim dingin kali ini. Mereka mewajibkan pengaturan suhu pendingin ruangan 27o Celsius, tidak boleh lebih rendah dari itu. Harga gas sudah naik 6 kali, listrik naik 4 kali dan bahan bakar minyak sudah naik 2 kali dibanding harga-harga di tahun lalu. Situasi ini diperkirakan akan berlangsung cukup lama, dan tidak diketahui pasti kapan berakhirnya krisis Ukraina-Russia ini.

Kenapa mereka datang ke Indonesia? Karena sudah tidak mendapatkan suplai dari Russia yang selama ini sangatlah dominan, sementara pasokan dari China terhenti karena persoalan kualitas. Murah tapi tidak bisa mememnuhi standar kualitasnya. Mereka datang lagi ke Indonesia karena dalam sejarahnya kita dikenal sebagai major exporter untuk tropical timber. Persoalannya mereka datang saat kondisi tidak menguntungkan, karena sudah banyak pabrikan plywood yang shut down. Di Banjarmasin saja sudah tercatat 4 pabrik yang sudah tutup. Saya barusan terima notice dari banyak Hak Pengusahaan Hutan yang mensyaratkan pernyataan tidak adanya demand dari sejumlah pabrikan yang disuplainya sehingga harus mengurangi penebangan atau malahan menyetop produksi di konsesinya.

Jadi kalau dilihat pertumbuhan ekonomi kini dihela Amerika Serikat dan China. Andai keduanya doing well dan negara-negara lainnya aktif maka masih ada harapan akan bisa menggerakan perekonomian di negara lainnya. Ini karena pangsa pasar keduanya cukup besar.

WoodNewsID: Amerika juga tidak bebas sepenuhnya dari kesulitan perekonomian dan naiknya suku bunganya, sekalipun masih belum terancam kriris energi?

Ivan Susanto Hartono: Amerika kelihatannya masih menjadi preferensi global untuk housing dan construction. Dengan tingkat suku bunga yang ada maka saya cenderung melihatnya akan terjadi stagnasi di tahun depan. Properti marketnya selama berapa tahun sudah cenderung turun, dan prediksi saya tahun depan malahan mengalami crash. Pengaruhnya akan terasa pada mortgage sehingga akan ada kesulitan dalam pembiayaan pemilikan rumah baru disana. Kebijakan stimulus yang dikeluarkan pemerintaha saat ini sifatnya hanya untuk survival sementara waktu. Menyambung hidup!

WoodNewsID: Lantas dari China apa yang bisa diharapkan?

Ivan Susanto Hartono: China merupakan produsen dunia sehingga selalu membutuhkan resources untuk diolahnya. Nyaris semua material entah masih mentah atau setengah jadi dipasok dari negara-negara lain. Setelah diolah menjadi produk jadi barulah dipasarkan ke benyak negara, termasuk Amerika yang menjadi pasar terbesarnya selama ini. Problemnya diantara keduanya masih ada perang dagang dan dumping tarrif yang dikenakan Amerika terhadap semua produk eskpor dari China. Sebenarnya ini persoalan politik karena pemerintahnya enggan bergantung pada pasokan dari China, namun konsumennya berharap bisa membeli barang dengan harga sangat murah. Jadi situasinya lebih mirip benang kusut. Ruwet! 

WoodNewsID: Tantangan tahun depan lebih berat?

Ivan Susanto Hartono: Ya. Tantangan tahun depan lebih berat dibanding tahun 2022 ini.

WoodNewsID: Apa yang bisa dilakukan?

Ivan Susanto Hartono: Ke depannya adalah perlunya perbaikan internal di masing-masing pabrik di Indonesia untuk menaikan efisiensi, mulai dari pengelolaan listrik, bahan baku hingga meningkatkan rendemen. Saya juga berharap ada progress baru terutama peluang untuk ikut serta dalam pembangunan Ibu kota Negara (IKN). Sebagai negara Indonesia sangat diuntungkan karena negeri ini memiliki sumber daya yang luar biasa besar. Tidak hanya pertambangan, energi tapi juga beragam komoditas.

Dengan progress selama ini yang bisa membuatnya menjadi perekonomian terbesar ke empat secaraglobal dalam berapa tahun mendatang, setelah China, Amerika dan India. Bahkan perekonomian Jepang dan Jerman, saya yakin bisa tergeserkan oleh Indonesia dalam berapa tahun mendatang. Kekayaan akan resources akan menarik banyak investasi baru di masa depan.

Saya berharap pembangunan IKN harus menggunakan bahan baku dan produk-produk yang proper, presentable dan layak. Kuncinya adalah menggunakan produk-produk yang berkesinambungan. Tidak hanya tahan lama dan berkelanjutan karena pembangunannya tidak hanya 1-2 tahun tapi 20-25 tahun ke depan. Undang-undang IKN kan dibuat untuk menjamin kelanjutan pembanguannya meskip kepala negara terpilihnya berbeda. Ini menciptakan peluang bagi industri dalam negeri akan adanya pembangunan sebuah ibu kota negara berskala besar. Jadi sementara kalangan pabrikan melakukan pembenahan internal, negara pun melakukan pembangunan secara besar-besaran.

Indonesia sangatlah diuntungkan karena besarnya sumber daya yang dimilikinya sehingga tidak perlu terlalu bergantung pada pihak luar. Bayangkan kita kaya akan energi, bahan baku dan pangan. Tidak perlu bergantung lagi pada negara-negara lain. Pembangunan IKN merupakan suatu kesempatan yang menjanjikan agar pabrikan nasional bisa terlibat dalam pembangunan ibu kota negaranya sendiri secara berkesinambungan.

Kalau lihat prediksi dari banyak lembaga tentang negara-negara mana saja di dunia yang mengaklmai pertumbuhan, maka pasti Indonesia termasuk di dalamnya. Di aman ada pertumbuhan maka akan ada peluang yang bisa menghasilkan pertumbuhan. Itu saya berharap jika dulu industri masih berfokus mensuplai pihak-pihak asing maka kini saatnya untuk bisa mensuplai kebutuhan pembangunan nasional.

WoodNewsID: Lantas tahun depan berapa pertumbuhan yang diharapkan?

Ivan Susanto Hartono: Kemungkinan tidak akan ada pertumbuhan tahun depan. Tahun ini saja kapasitas produksi kami sudah turun sebanyak enam persen dibanding tahun lalu, namun penjualannya justru meningkat duapuluh persen. Ini karena harga jual yang tinggi pada awal tahun, dan menurun pada sisa tiga bulan terakhir tahun ini. Produksi juga sudah dikurangi dengan hanya empat hari kerja sehingga kapasitas produksi menurun. Kami sangat terbantu dengan exchange rate Rupiah yang saat ini mencapai kisaran 15500-an. Ini sangat membantu kami.

Dengan situasi ini, kita lihat dalam dua bulan tersisa maka posisi kami masih cukup solid. Hanya saja pekerjaan rumahnya adalah bagaimana kami bisa beradaptasi dengan perubahan yang terjadi. Syukur-syukur jika tahun depan sudah dibuka peluang bagi sektor swasta untuk bisa berpartisipasi dalam pembangunan IKN. Ini akan sangat membantu industri dalam negeri. (WNID/eM)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ketua Umum HIMKI Abdul Sobur: “Pasar akan mulai membaik”

EUDR: “Very badly written law”.

Terobosan HIMKI ke China untuk Meningkatkan Daya Saing Global