26th AHEC Conference: Time to Cooling Down

Ada yang menarik dari Konferensi American Hardwood Export Council (AHEC) Asia Tenggara dan China Raya ke 26 yang berlangsung di Hotel JW Marriott, Chengdu, China. “Ini kali pertama diselenggarakan kembali di China setelah vakum empat tahun lamanya,” ujar Executive Director AHEC Michael Snow saat memberi sambutan. Perang dagang Sino-Amerika menjadi penyebab utama dan satu-satunya. “Saya berharap ini bisa menjadi cooling down dalam perang dagang yang terjadi,” jawab Snow ketika ditanya oleh Editor WoodNewsID. Menurutnya, cooling down ini diperlukan agar bisa menggerakan kembali perekonomian masing-masing negara dan global, setelah dihantam perang dagang, pandemic Covid-19 dan El Nino.

ATO Director Chris Frederick

Seminar yang dibuka oleh Director Agricultural Trade Office pada kedubes Amerika di Beijing Chris Frederick. Ia berterima kasih atas inisiatif AHEC untuk mempromosikan perdagangan hasil-hasil industri agrikultur Amerika Serikat, termasuk hasil kehutanan. Dengan empat kantor ATO di seluruh China, mereka bersinergi untuk memperkenalkan hasil industri agrikultur yang berkualitas tinggi. Kayu keras Amerika terkenal karena keunggulan, kelestarian dan sertifikasi legalitasnya. Sementara China dikenal sebagai importir kayu keras terbesar di dunia sehingga Perusahaan kayu Amerika bisa menyokong pertumbuhan industri penggunanya di China dalam jangka Panjang. Industri mebel dan desain interior menjadi pasar yang besar bagi eskportir kayu asal Amerika.

Troy Jamieson
Ini sejalan dengan Troy Jamieson dari AHEC yang mengungkapkan bahwa selama berapa dekade China merupakan pasar ekspor terpenting bagi kayu keras Amerika. Dalam dua tahun terakhir hubungan dagang ini terganggu oleh perang dagang, pandemic Covid-19 dan lmelemahnya perekonomian global. Dengan 25% dari total output mengalir ke China, dan red oak merupakan spesies terpopuler. Dalam realitasnya, kayu keras Amerika masih menjadi komponen penting yang tetap diminati pasar di China.

Executive Direc tor AHEC Michael Snow dalam sambutannya menyebutkan manfaat menggunakan kayu keras Amerika bagi lingkungan hidup. Meluasnya penggunannya bisa mewujudkan tujuan pembangunan berkelanjutan seperti carbon sequestration and reduksi emisi dengan menggunakan pendekatan sains. "Kayu dikenal luas sebagai material utama yang mampu menciptakan lingkungan dengan kadar karbon rendah.” Ini berdampak positif bagi lingkungan dengan menggantikan penggunaan material dan sumber enerji yang berdampak merusak lingkungan seperti plastic dan bahan bakar fosil. Ia menggunakan data dan bukti dari Life Cycle Assessments, American Hardwood Environmental Profiles (AHEPs), dan U.S. Forest Service's Forest Inventory and Analysis (FIA) Program. Sebagai tambahan pada forest's inherent sustainability value, membuat mebel atau produk lainnya dengan menggunakan kayu Amerika akan menghasilkan karbon yang minimal, sehingga membuatnya sejalan dengan tujuan menciptakan lingkungan yang bersih.

Executive Director AHEC Michael Snow

Ia mengomentari situasi ekspor saat ini, Sekalipun tertekan oleh faktor-faktor penurunan ekonomi global, meningkatnya inflasi, ongkos tenaga kerja dan konflik geopolitik, nilai ekspor ke kawasan China Raya dan Asia Tenggara justru, meningkat tipis 0,3% (YoY) melebihi USD1,77 Milyar di tahun 2022.” Pada kuartal I tahun 2023, ekspor ke kawasan ini mencapai USD355,9 Juta dan USD71,9 Juta tambahannya. Untuk pasar China red oak, walnut, cherry, white oak, ash and yellow poplar; merupakan spesies paling diminati. “Sekitar 91% dari total ekspor ke China,” kata Snow. Snow meyakini ke depan akan lebih banyak konsumsi dan aplikasi penggunaannya, baik dalam arsitektural, mebel dan desain interior. “Kami akan lebih banyak berperan dalam menciptakan gaya hidup yang hijau dan berkelanjutan.”

John Chan

Regional Director Asia Tenggara dan China Raya AHEC John Chan, dalam sambutannya menyebutkan setelah absen selama tiga tahun kini saatnya hadir kembali. AHEC sudah hadir di pasar China selama 31 tahun, dan kian banyak arsitek, desainer interior dan professional lainnya yang kina memahami karakter dan aplikasi kayu Amerika. “Kami secara aktif mempraktikan konsep perlindungan lingkungan hijau untuk memerangi perubahan iklim yang terjadi, dan ini menjadi misi sekaligus tujuan kami.” Setiap tahun AHEC mengundang arsitek dan desainer interior untuk berbagi pemikiran tentang isyu keberlanjutan dan pengalamannya dalam menggunakan kayu Amerika. Lewat pemahaman atas beragam proyek desainnya, “Kami bisa menghargai karakteristik perlindungan lingkungan berkadar karbon rendah yang dikombinasikan dengan potensi keunikan desain kayu Amerika sehingga bisa menghadirkan gaya hidup hijau dan truly low-carbon ke publik.”

President of Chengdu Furniture Industrial Chamber of Commerce Gu Hao Dong, dan Executive Chairman of Jiangxi Furniture Association Gu Jian Xia mempresentasikan data terakhir tren perkembangan industri mebel di Chengdu and Provinsi Jiangxi, sekaligus ekspetasi ke depannya. Mereka sepakat menyatakan bahwa gaya hidup hijau dan berkelanjutan sudah menjadi tren di China. Kayu sebagai material hijau berperan penting, akan lebih banyak arsitek dan desainer interior yang akan menggunakannya ke dalam desain-desainnya. Ke depan, kayu akan lebih banyak digunakan dalam beragam proyek sehingga mendorong industri untuk lebih hijau, lebih ramah lingkungan dan berkerlanjutan.

President of Chengdu Furniture Industrial Chamber of Commerce Gu Hao Dong

Executive Chairman of Jiangxi Furniture Association Gu Jian Xia

Konferensi kali ini menampilkan pembicara tamu James Lu,

Principal and Managing Director Perkins & Will, James Lu
Principal and Managing Director Perkins & Will. Lu yang memperoleh master degree dalam arsitektur dari Harvard Graduate School of Design, berpengalaman dalam arsiktek, desainer perkotaan dan principal-in-charge of green projects. Ia tertarik pada isyu-isyu perubahan lingkungan, lingkungan hidup dan building environment through the power of design.

Dalam presentasinya, Ia menekankan pandangannya bahwa industri konstruksi memainkan peran vital dalam menjawab tantangan perubahan iklim global. “Kayu merupakan produk alam yang terbaharui dan material desain hijau yang menghadirkan kenyamanan dan rileksasi bagi penggunanya. “Kian banyak arsitrek dan desainer yang menggunakan dalam proyek-proyeknya sehingga bisa menampilkan keindahan desain, namun sekaligus memperoleh banyak manfaat dari produk berbahan kayu untuk mencapai negative carbon footprint.”

Sesi presentasi yang menarik lainnya ketika Director Forest Industries Intelligence dan Director Sustainable Wood Rupert Oliver membawakan presentasinya yang berjudul “Environmental policies impacting
global timber trade
.” Oliver yang juga merupakan kosultan AHEC menyoroti secara khusus kebijakan Regulasi Deforestasi Uni Eropa (EUDR) yang diundangkan pada 31 Maret lalu. Dengan gamblang, Ia  memerinci dampaknya bagi industri kehutanan dan turunannya di seluruh dunia.

Director Sustainable Wood Rupert Oliver

Sisi baiknya adalah regulasi ini mengakui bahwa perkebunan sebagai main driver deforestasi, bukan sektor kehutanan; mengakui manfaat karbon dari hutan alam yang dikelola secara baik; mendorong inovasi pendekatan untuk melakukan verifikasi.

Sisi buruknya adalah membutuhkan pendekatan geolokasi bagi pemilik lahan individu dalam setiap konsinyasi; mendiskriminasi petani pemilik lahan kecil dan produk bernilai tambah; skala waktu yang sangat tak realisitik karena diberlakukan pada 31 Desember 2024; terlalu optimis pada regulasi dan pendekatan teknis yang akan menunjang pemberlakuannya.

Sisi yang dianggap Oliver paling ugly adalah kurangnya kosnultasi pada mitra dagang dan industri pelaku; melarang produk-produk deforestasi legal dan illegal sekaligus, “Cuts across sovereignity!” tegas Oliver; regulasi ini lebih berfokus pada komoditas-komoditas hutan tropis dan mengecualikan komoditas dari hutan non-tropis; mengkategorikan negara-negara ke dalam kategori ‘High risk’, ‘Standrads’ dan Low risk’.

Chief Inspector NHLA Dana Spessert

Di akhir seminar Chief Inspector National Hardwood Lumber Association Dana Spessert mempresentasikan metode pemeringkatan (grading) yang berlaku di Amerika Serikat. Peraturan yang sudah ada sejak lebih dari seabad lalu, dan selalu diperbarui di setiap dekadenya berlaku bagi seluruh produk kayu keras Amerika terutama papan kayunya. Grading ini diterapkan hanya pada sisi atau permukaan kayu yang terburuk. Grading dimulai dari yan paling teratas berupa First and Select alias FAS, yang disusul dengan grading Nomor 1 Common, dan Nomor 2A Common dan 2B Common.

Usai seminar yang mencerahkan diselenggarakan pameran dagang mini yang diikuti oleh member AHEC yang menghadirinya. Disini tak hanya dipamerkan produk industri kehutanan darfi masing-masing Perusahaan, namun juga kesempatan berkonsultasi bagi pelaku industri guna memperoleh material yang dibutuhkan. (WNID/eM from Chengdu)

 


 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ketua Umum HIMKI Abdul Sobur: “Pasar akan mulai membaik”

EUDR: “Very badly written law”.

Terobosan HIMKI ke China untuk Meningkatkan Daya Saing Global