26th AHEC Conference: Time to Cooling Down
Ada yang menarik dari Konferensi American Hardwood Export Council (AHEC) Asia Tenggara dan China Raya ke 26 yang berlangsung di Hotel JW Marriott, Chengdu, China. “Ini kali pertama diselenggarakan kembali di China setelah vakum empat tahun lamanya,” ujar Executive Director AHEC Michael Snow saat memberi sambutan. Perang dagang Sino-Amerika menjadi penyebab utama dan satu-satunya. “Saya berharap ini bisa menjadi cooling down dalam perang dagang yang terjadi,” jawab Snow ketika ditanya oleh Editor WoodNewsID. Menurutnya, cooling down ini diperlukan agar bisa menggerakan kembali perekonomian masing-masing negara dan global, setelah dihantam perang dagang, pandemic Covid-19 dan El Nino.
ATO Director Chris Frederick |
![]() |
Troy Jamieson |
Executive Direc tor AHEC Michael Snow
dalam sambutannya menyebutkan manfaat menggunakan kayu keras Amerika bagi
lingkungan hidup.
Meluasnya penggunannya bisa mewujudkan tujuan
pembangunan berkelanjutan seperti carbon sequestration and reduksi
emisi
dengan menggunakan pendekatan sains. "Kayu
dikenal luas sebagai material utama yang mampu menciptakan lingkungan dengan
kadar karbon rendah.” Ini berdampak positif bagi lingkungan dengan menggantikan
penggunaan material dan sumber enerji yang berdampak merusak lingkungan seperti
plastic dan bahan bakar fosil. Ia menggunakan data dan bukti dari Life Cycle Assessments, American Hardwood
Environmental Profiles (AHEPs), dan
U.S. Forest Service's Forest Inventory
and Analysis (FIA) Program.
Sebagai tambahan pada forest's inherent
sustainability value, membuat
mebel atau produk lainnya dengan menggunakan kayu Amerika akan menghasilkan
karbon yang minimal, sehingga membuatnya sejalan dengan tujuan menciptakan
lingkungan yang bersih.
Executive Director AHEC Michael Snow |
![]() |
John Chan |
President of Chengdu Furniture Industrial Chamber of Commerce Gu Hao Dong, dan Executive Chairman of Jiangxi Furniture Association Gu Jian Xia mempresentasikan data terakhir tren perkembangan industri mebel di Chengdu and Provinsi Jiangxi, sekaligus ekspetasi ke depannya. Mereka sepakat menyatakan bahwa gaya hidup hijau dan berkelanjutan sudah menjadi tren di China. Kayu sebagai material hijau berperan penting, akan lebih banyak arsitek dan desainer interior yang akan menggunakannya ke dalam desain-desainnya. Ke depan, kayu akan lebih banyak digunakan dalam beragam proyek sehingga mendorong industri untuk lebih hijau, lebih ramah lingkungan dan berkerlanjutan.
President of Chengdu Furniture Industrial Chamber of Commerce Gu Hao Dong |
![]() |
Executive Chairman of Jiangxi Furniture Association Gu Jian Xia |
Konferensi kali ini menampilkan pembicara tamu James Lu,
![]() |
Principal and Managing Director Perkins & Will, James Lu |
Dalam presentasinya, Ia menekankan pandangannya bahwa
industri konstruksi memainkan peran vital dalam menjawab tantangan perubahan
iklim global. “Kayu merupakan produk alam yang terbaharui dan material desain
hijau yang menghadirkan kenyamanan dan rileksasi bagi penggunanya. “Kian banyak
arsitrek dan desainer yang menggunakan dalam proyek-proyeknya sehingga bisa
menampilkan keindahan desain, namun sekaligus memperoleh banyak manfaat dari
produk berbahan kayu untuk mencapai negative carbon
footprint.”
Sesi presentasi yang menarik lainnya ketika Director Forest Industries Intelligence dan
Director Sustainable Wood Rupert Oliver membawakan
presentasinya yang berjudul “Environmental
policies impacting
global timber trade.” Oliver yang juga merupakan kosultan AHEC menyoroti
secara khusus kebijakan Regulasi Deforestasi Uni Eropa (EUDR) yang diundangkan
pada 31 Maret lalu. Dengan gamblang, Ia memerinci
dampaknya bagi industri kehutanan dan turunannya di seluruh dunia.
![]() |
Director Sustainable Wood Rupert Oliver |
Sisi baiknya adalah regulasi ini mengakui bahwa perkebunan
sebagai main driver deforestasi,
bukan sektor kehutanan; mengakui manfaat karbon dari hutan alam yang dikelola
secara baik; mendorong inovasi pendekatan untuk melakukan verifikasi.
Sisi buruknya adalah membutuhkan pendekatan geolokasi
bagi pemilik lahan individu dalam setiap konsinyasi; mendiskriminasi petani pemilik
lahan kecil dan produk bernilai tambah; skala waktu yang sangat tak realisitik
karena diberlakukan pada 31 Desember 2024; terlalu optimis pada regulasi dan
pendekatan teknis yang akan menunjang pemberlakuannya.
Sisi yang dianggap Oliver paling ugly adalah kurangnya kosnultasi pada mitra dagang dan industri
pelaku; melarang produk-produk deforestasi legal dan illegal sekaligus, “Cuts across sovereignity!” tegas Oliver;
regulasi ini lebih berfokus pada komoditas-komoditas hutan tropis dan
mengecualikan komoditas dari hutan non-tropis; mengkategorikan negara-negara ke
dalam kategori ‘High risk’, ‘Standrads’
dan Low risk’.
![]() |
Chief Inspector NHLA Dana Spessert |
Komentar
Posting Komentar