Pameran Koleksi Nathan Yong

Desainer kondang Sngapura Nathan Yong memamerkan koleksi desain-desain terakhirnya yang spektakuler pada bulan Juli ini, di Grafunkt, 107 North Bridge Road, Singapura. Pameran yang akan berlangsung dari 7-19 Juli ini menampilkan koleksi yang bertujuan agar pengunjungnya tergugah dan berpikir ulang saat mengkonsumsi produk-produk, yang desainnya memiliki tanggung jawab terhadap lingkungan.


Pameran selama dua minggu itu, menampilkan desain-desain terbaru bertemakan lingkaran kehidupan. Ini merupakan kerja sama Yong dengan
American Hardwood Export Council, yang semua produknya menggunakan kayu cherry, hard maple, dan red oak asal Amerika Utara.

Menurutnya, kelima desain yang ditampilkan kali ini selalu diawali dengan perasaan yang aneh atau asing. “Kenapa harus dibuat dengan cara ini?”, Apa yang dituju?, “Saya selalu berharap rasa keinginan tahu akan memandu kita untuk memahami dan menghargai semua benda yang ada disekitar kita lebih jauh, baik apakah itu buatan alam atau buatan manusia,” ujarnya.

Yong mencoba untuk membangun karirnya berdasarkan theory of constructivism yang muncul pada tataran Pendidikan selama abad kedua puluh lalu. Teori ini berakar pada pendirian Jean Piaget di dekade 1920-an dan Lev Vygotsky dalam dekade 1930-an. Teori itu menekankan pentingnya pembelajaran sociocultural, bagaimana berinteraksi dengan kaum dewasa, lingkungan pertemanan yang leboih bisa diandalkan dan perangkat-perangkat kognitif yang terinternalisasikan dari konstruksi mental melalui zona pendekatan pembangunan.

Yong sangat menyukai pendekatannya pada proyek Vsevolod Meyerhold's Constructivist theatre. Sebuah revolusi perspektif pada tahapan desain dan penampilan yang bertujuan untuk memberontak keluar dari belenggu tradisional dan menumbuhkan prinsip-prinsip constructivism. Ini menekankan partisipasi antara pelaku dan partisipannya dalam mengkreasi dan menginterpretasi berdasarkan pengalaman mereka.

Dalam pameran ini, Yong memilih menggunakan kayu red oak, maple dan cherry. Ketiganya bertumbuh di hutan-hutan Amerika Utara, dan populasinya mencapai 40% dari total spesies kayu disana. Besarnya volume ketiga spesies membuatnya berperan penting dalam ekosistem dalam hutan, sekaligus mudah untuk diperbaharui sehingga berlanjut keberadaannya. Kayu-kayu ini terbukti mampu menyimpan karbon, sekaligus kuat dan memiliki karakteristik masing-masing.

Ini diperkuat dengan studi Lifecycles berapa tahun lalu yang menjelaskan pentingnya kelestarian dan tanggung jawab akan lingkungan. Hal ini mendorong Yong dalam mempertimbangkan material kayu yang akan digunakan, sekaligus mampu mewujudkan praktik good design. Yong berupaya merangkul peluang ini untuk memprovokasi komuntas desain dan konsumennya, dengan pertanyaan yang menekankan pentingnya tanggung jawab lingkungan.

Menurutnya, ketika seseorang mengkonsumsi sebuah produk maka biasanya mereka tidak menghargai nilai sejati dari sebuah obyek. Kecenderungannya bersifat transaksi antara harga beli dan apa yang diperolehnya. “Saya coba menginvestigasi ulang hubungan itu lewat benda artisitik yang membuat orang bertanya nilai sejati bagi dirinya, alam, komunitas dan kebaikan untuk bumi”.



Ini tercermin dari perhitungan jejak karbon pada kelima koleksi berdasarkan lifecycle assessment (LCA).

Hasilnya, total jejak karbon dari kelima desain itu adalah 1257 Kg setara CO2. Jumlah ini setara dengan yang dihasilkan rerata penduduk Singapura dalam 55 hari, atau seatara dengan penerbangan kelas ekonomi dari Singapura ke Sydney. Secara keseluruhan jejak karbon ini masih dianggap tinggi untuk industri mebel di Amerika Serikat. Namun hal ini sebenarnya bergantung pada banyak faktor seperti ketergantungan sumber energi yang menggunakan bahan bakan berbasis fosil dan batu bara yang tidak terbarukan. Penggunaan sumber enerji baru dan terbarukan dipandang akan menurunkan jejak karbon secara signifikan.

Faktor lain adalah metode trial and error dalam pembuatan produk purwarupa akan berdampak besare bagi lingkungan. Faktor ini akan berkurang signifikan jika sudah memasuki tahap produksi massal. Penggunaan material kayu pun kian efisien ditahap ini.

Dengan menggunakan kayu Amerika secara keseluruhan, desain akan relatif berbobot ringan karena karbon yang tersimpan dalam kayu terjaga. Ini dimungkinkan dengan sedikitnya, material yang terbuang selama tahap produksi hingga ke produk jadi.





Ini sebenarnya memperlihatkan sebuah desain mampu meminimalisir dampak pada lingkungan dengan komitmen Bersama dari para pembuat kebijakan, desainer dan pabrikan pembuatnya. Dukungan dari konsumen akhir juga berperan penting dalam mewujudkannya.

Sementara itu, Regional Director for the American Hardwood Export Council John Chan menyebutkan adalah tanggung jawab kita bersama untuk memikirkan dampak dari perbuatan kita pada bumi dan kaitannya dengan perubahan iklim yang terjadi saat ini. Ia menambahkan pihaknya akan terus berupaya mendukung ketersediaan bahan baku kayu dengan dampak minim pada lingkungan ke seluruh dunia. (NWID/eM)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ketua Umum HIMKI Abdul Sobur: “Pasar akan mulai membaik”

EUDR: “Very badly written law”.

Terobosan HIMKI ke China untuk Meningkatkan Daya Saing Global